• (0335) 771732
  • lppomas@unuja.ac.id
Kuliah Tasawuf Ke-6 : Mengenal Maqamat dan Ahwal
  • Post on Selasa, 26 Desember 2023 - 07:15:35
  • 68 Views
kuliah-tasawuf-ke-6-mengenal-maqamat-dan-ahwal

KH. Moh. Zuhri Zaini Pengasuh PP. Nurul Jadid Paiton, saat mengampu kuliah tasawuf ke-VI, yang digelar oleh Lembaga Pembinaan Pondok Mahasiswa (LP.POMAS) Universitas Nurul Jadid Karanganyar Paiton Probolinggo Kamis (21/12/2023).

Hakikat Tasawuf itu adalah pelaksanaan tugas manusia sebagai hamba Allah untuk melaksanakan ibadah. Saat beribadah kita dianjurkan tunduk, patuh, serta pasrah kepada perintah-perintah-Nya.

“Ibadah itu merupakan jalan untuk menuju Allah, kita perlu menyadari bahwa, kita sebetulnya sedang berjalan menuju Allah. Sebab kita akan kembali kepada Allah. Sadar atau tidak sadar, tentu kita akan kembali,” dawuh Manusia yang menyadari bahwa dia akan kembali kepada Allah. Yaitu manusia-manusia yang beriman kepada Allah dan yakin dengan adanya akhirat. Sebab itu, sebelum menghadap Allah dia sudah mempersiapkan dirinya dengan baik.

Beliau menegaskan, jika kita sering membaca surah Yasin diakhir ayat berbunyi wailaihiturja’uun, artinya: kepada-Nya kamu dikembalikan. Penggalan ayat tersebut menunjukkan kepada kita semua bahwa manusia pasti akan kembali kepada Allah, melalui kematian dan akan dibangkitkan kembali dihadapan-Nya.

”Karena itu, kita akan kembali kepada Allah maka kita harus kembali dengan cara yang baik. Sebab tidak semua orang kembali kepada Allah dalam keadaan baik, dalam keadaan senang,” tutur Kiai Zuhri.

Pencapaian spritual atau kondisi batin dalam perjalanan menuju Allah disebut hal yang dijamak menjadi ahwal. Sedangkan maqamat adalah jamak dari kata maqam, yang berarti; tempat, kedudukan dan derajat.

“Contohnya begini, seperti taubat. Taubat itu termasuk maqamat tingkatan pertama. Maqam yang pertama dalam perjalanan spritual menuju Allah, tentu yang paling pertama itu ilmu,” dawuhnya.

Ilmu itu, kata beliau, hanya bekal masih belum berjalan. Sebab, hanya dengan ilmu kita tidak akan tersesat ketika perjalanan menuju Allah. Seperti ilmu tauhid itu sangat penting, karena keberadaan Allah itu tidak terlihat secara kasat mata. Oleh sebab itu, kita harus tahu ilmu tentang sifat-sifat Allah, agar tidak salah menghadap-Nya.

K.H. Zuhri Zaini mengingatkan, bahwa untuk beribadah kepada Allah kita harus memiliki ilmu tentang ilmu ibadah. Semua itu dimulai dari akidah atau keyakinan-keyakinan, sekaligus akhlak. Termasuk ilmu tasawuf dan fikih, tata cara beribadah, ”Jadi harus punya ilmu,” tambahnya.

Selain itu, kata beliau, pada hakikatnya orang mencari ilmu itu merupakan perintah dari Allah. oleh sebab itu, kalau mencari ilmu karena Allah sebetulnya kita sudah melangkah, yaitu dalam beribadah. Beliau mengingatkan, apabila kita murni karena Allah, maka ilmu yang kita dapatkan pasti akan diamalkan. Sebaliknya, kalau tidak diamalkan berarti kita cari ilmu tidak karena Allah.

”Jadi sudah punya ilmu harus melangkah mengikuti ilmunya, apa langkah pertama sudah kita tahu tentang ilmu ibadah, langkah pertama itu tobat, ini maqamat taubat, taubat itu berbenah diri memperbaiki diri,” kata beliau.

Manusia yang melakukan perbuatan baik setelah berbuat maksiat, namun dia tidak bertaubat, maka amalnya itu akan sia-sia. Sebab, orang yang berbuat maksiat kepada Allah maupun sesama manusia, harus terlebih dahulu mendekatkan diri kepada Allah dengan cara bertaubat dan berhenti berbuat maksiat. ”Sebab kalau tidak berhenti kita kan seperti jalan di tempat, jadi kita mendekatkan diri kepada Allah tapi tidak berhenti ya jalan di situ, sekalipun tetap saja amal baik itu ada gunanya ketimbang hanya beramal buruk,”(baim, mahasiswa FT Unuja)

Share: