Kamis, 31 Juli 2025
Diakses: 116 kali
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini, mengatakan bahwa baik buruknya suatu perbuatan bergantung pada niat yang melatarbelakangi. Hal itu beliau sampaikan dalam pengajian kitab Risalah Adabus Sulukil Murid yang digelar oleh Lembaga Pembinaan Pondok Mahasiswa (LP.Pomas) Universitas Nurul Jadid di Musala Riyadus Sholihin, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (22/5/2025).
Menurut Kiai Zuhri, perbuatan baik yang dilakukan semata-mata karena Allah akan memperoleh pahala. Namun, jika tujuan utamanya bukan karena Allah, misalnya untuk pamer, mencari pujian, atau agar dianggap dermawan, maka perbuatan itu akan sia-sia bahkan bisa mendatangkan dosa.
“Perbuatan yang dilakukan tanpa niat yang benar mungkin tidak sampai menimbulkan dosa, tetapi juga tidak akan memperoleh pahala,” dawuhnya.
Sebaliknya, tindakan yang kelihatannya buruk, jika dilakukan tanpa disadari atau tanpa niat, tidak memiliki nilai pahala maupun dosa. Beliau mencontohkan orang yang mengalami gangguan jiwa dan melakukan tindakan kasar seperti memukul orang lain. Orang tersebut, kata beliau, tidak dianggap berdosa karena tidak memiliki kesadaran atas perbuatannya.
Namun, beliau mengingatkan bahwa orang yang menjadi korban seharusnya tetap bersikap bijak. “Kalau orang yang dipukul kemudian marah, sebenarnya dia kurang waras,” jelasnya.
Lebih lanjut, Kiai Zuhri menjelaskan bahwa perbuatan baik yang dilakukan dengan terpaksa atau karena takut kepada sesama manusia justru bisa mendapatkan dosa. Contohnya, seseorang yang salat lima waktu hanya karena terpaksa atau takut dimarahi orang tua.
“Niat yang benar dalam salat harus ditujukan kepada Allah, bukan karena takut orang tua atau terpaksa,” tegas baliau.
Karena itu, menurut beliau, setiap perbuatan dalam Islam harus dimulai dengan niat yang baik dan dilaksanakan sesuai syariat. “Bagaimana ukuran kebaikan itu? Ukurannya adalah syariat, karena syariat merupakan aturan dari Allah. Jadi kalau kita ingin rida-Nya, ingin rahmat-Nya, ikuti aturan-Nya,” dawuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Zuhri juga mengutip hadis qudsi yang menyatakan: “Mataqorroba 'abdi bisyaiin ahabba ilayya min syaiin iftarottuhualaih,” yang berarti, “Tidak ada amal yang dilakukan oleh seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada-Ku kecuali dengan mengerjakan amal yang Aku wajibkan.”
Jl. PP Nurul Jadid, Dusun Tj. Lor, Karanganyar, Kec. Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur 67291
pomas@unuja.ac.id