Mencari Uang untuk Hidup, Hidup untuk Ibadah

Dalam pengajian kitab Risalah Adabus Sulukil Murid ke-IV, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini, menjelaskan bahwa kerja mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah hal yang wajar. Karena, uang merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia.

“Uang itu sangat diperlukan. Jika kita tidak bekerja dan tidak memiliki uang, kita tidak bisa makan, dan jika terus-menerus demikian, kita bisa jatuh sakit atau bahkan meninggal dunia,” dawuh Kiai Zuhri di Musala Riyadus Sholihin, Kamis (22/05/2025).

Kiai Zuhri menanyakan, ketika seseorang sudah memperoleh uang, untuk apa uang tersebut digunakan? Apakah hanya sekadar untuk memenuhi biaya hidup, seperti membeli makanan, tempat tinggal, pakaian, dan bersenang-senang dengan kemewahan duniawi.

Menurut beliau, jika tujuan mencari uang hanya sebatas itu, hal tersebut justru dapat membawa dampak negatif. “Kalau hidup hanya untuk bersenang-senang, apalagi berbuat maksiat, maka itu termasuk sesuatu yang mengantarkan kepada maksiat,” terang Kiai Zuhri.

Karena itu, mencari nafkah bukan hanya persoalan makan dan minum, tetapi juga sebagai bekal untuk beribadah. Apalagi, dalam rukun Islam yang kelima wajib menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. Dengan itu, kerja keras dan usaha mencari uang tidak hanya untuk mengejar kehidupan dunia, tetapi juga akhirat.

Kiai Zuhri menjelaskan, segala aktivitas duniawi bisa menjadi ibadah jika disertai dengan niat karena Allah. Misalnya, makan pada dasarnya bukan ibadah, namun jika seseorang berniat makan agar tubuhnya sehat untuk melaksanakan kewajiban kepada Allah, maka makan tersebut menjadi bernilai ibadah.

“Kalau makan sebenarnya itu bukan ibadah. Tapi kalau kita niat makan supaya kita bisa melaksanakan kewajiban, maka makan itu adalah ibadah,” tegasnya.
Penulis : Ibrahim La Haris