Kamis, 20 Februari 2025
Diakses: 248 kali
Lembaga Pembinaan Pondok Mahasiswa (LP. Pomas) Universitas Nurul Jadid (Unuja) menggelar kegiatan Ngaji Tasawuf II bertajuk “Panduan Hidup” di Musala Riyadus Sholihin, Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, pada Kamis (20/2/2025) malam. Kegiatan itu diampu langsung oleh Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini, yang memberikan arahan dan pencerahan seputar nilai-nilai tasawuf mengunakan kitab Risalah Adabu Sulukil Murid yang menjelaskan bagaimana menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik.
Pada pertemuna ke-II ini, Kiai Zuhri menegaskan bahwa pentingnya menentukan tujuan hidup sebagai kunci meraih kebahagiaan. Menurutnya, kehidupan adalah perjalanan menuju akhirat, sehingga setiap individu harus memahami arah tujuan hidupnya dengan berlandaskan keimanan. “Orang yang tidak beriman mungkin beranggapan bahwa setelah mati segala sesuatunya sudah berakhir, tapi bagi orang yang beriman, mereka percaya setelah mati masih ada kehidupan yang terus berlanjut, yaitu kehidupan akhirat,” dawuhnya. Dalam kajian tersebut, KH. Zuhri Zaini juga mengajak para santri untuk merenungkan apa yang sebenarnya mereka cari dalam hidup. Beliau mempertanyakan apakah kebahagiaan hanya diukur dari kepemilikan harta dan materi. “Apakah hanya uang? Apakah dengan harta kita akan bahagia?” tanya beliau. Menurutnya, orang yang beriman menyadari bahwa harta tidak akan dibawa mati. Oleh karena itu, mereka harus memahami hakikat hidup, yakni mengetahui asal usul kehidupan, tujuan hidup, serta persiapan menuju kehidupan setelah kematian.
Selain itu, Kiai Zuhri juga mengingatkan bahwa kebahagiaan sejati tidak dapat diraih secara instan. Tren budaya instan yang banyak diikuti masyarakat saat ini justru dapat menjerumuskan seseorang dalam penderitaan di kemudian hari. “Orang yang menginginkan kebahagiaan instan, yang hanya berpikir untuk sekarang tanpa memikirkan masa depan, akan menderita di kemudian hari,” tambahnya. Dalam kitab Adabu Sulukil Murid, lanjut KH. Zuhri, tujuan hidup yang hanya berorientasi pada kesenangan duniawi disebut sebagai al-azilah, yakni kenikmatan sesaat yang tidak memberikan manfaat jangka panjang, terutama dalam konteks kehidupan akhirat. Beliau mencontohkan kehidupan di pesantren yang penuh perjuangan. Menurutnya, meskipun tidak mudah, mondok dapat menjadi jalan untuk memperbaiki masa depan, baik di dunia maupun di akhirat. KH. Zuhri juga mengutip pepatah: “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian.” Beliau menjelaskan bahwa perjuangan dan pengorbanan saat ini akan membuahkan hasil di masa depan. “Oleh karena itu, kita harus menentukan tujuan hidup dengan bijak. Apakah kita ingin kebahagiaan instan sekarang, atau kita bersedia berpayah-payah untuk kebahagiaan yang abadi di akhirat?” tegas beliau.
Penulis : Ibrahim La Haris
Jl. PP Nurul Jadid, Dusun Tj. Lor, Karanganyar, Kec. Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur 67291
pomas@unuja.ac.id